.
Menyusul skandal penyadapan Australia via kedutaan besarnya di Jakarta terhadap para pejabat tinggi Indonesia yang memicu ketegangan baru-baru ini, Indonesia kembali dirongrong jirannya yang lain, Singapura. Negara paling kecil di kawasan yang menjadi proksi AS (sejenis "Israel" di Timur Tengah) itu melakukan protes seletah salah satu KRI milik TNI Angkatan Laut diberi nama Usman (bin Haji Muhammad Ali) Harun (bin Said) karena dianggap "traeroris" oleh rezim setempat.
Menanggapi pertengkaran bilateral itu, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan dalam pertemuan tertutup dengan DPR Komisi I bidang urusan luar negeri dan pertahanan (Senin, 11/2) bahwa angkatan bersenjata negara akan mengintensifkan kewaspadaan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Australia dan Singapura, yang muncul saat Indonesia sedang mempersiapkan pemilu.
Namun, Panglima TNI yakin bahwa insiden itu tak ada hubungannya dengan pemilu. Meski begitu, ia menyadari bahwa Indonesia kini sedang fokus pada bidang keamanan dalam negeri sebelum pemilihan umum legislatif dan eksekutif. "[Apa yang terjadi baru-baru ini] hanyalah insiden, namun kita akan selalu waspada dalam melindungi perbatasan kita," ujar Moeldoko.
Pihak Komisi I DPR mengungkapkan keheranannya atas begitu banyak insiden yang terjadi secara berturut-turut yang melibatkan negara-negara tetangga menjelang pemilihan umum 2014. Insiden terakhir terjadi pada Sabtu kemarin (8/2), dan kali ini melibatan aparat keamanan Papua New Guinea (PNG).
Lima nelayan Indonesia asal Merauke dilaporkan hilang setelah kapal mereka dihancurkan angkatan laut PNG, dan mereka dipaksa berenang ke pantai. Aparat PNG dilaporkan memeriksa surat-surat mereka dan berlanjut dengan menyita sejumlah uang, rokok, dan dua kaleng bahan bakar. Aparat PNG kemudian membakar perahu nelayan itu dan memerintahkan ke-10 penumpangnya untuk berenang kembali ke Merauke.
Hanya lima nelayan saja yang berhasil mencapai pantai Karu, yang masih merupakan wilayah PNG. Adapun lima nelayan lainnya masih belum ditemukan. Pihak TNI, ujar Moeldoko, sedang menyelidiki insiden itu.
Menurut Komisi I DPR, ketiga insiden itu terjadi susul menyusul. "Ini tidak biasa." Karena itu, DPR mendesak Moeldoko menyelidiki kemungkinan "desain yang disengaja" oleh lembaga asing seraya terus meningkatkan langkah-langkah perlindugan negara dari ancaman asing, sekaligus fokus menjaga pemilu.
Moeldoko sendiri menyeru Singapura untuk berhenti memanggil Usman-Harun sebagai " teroris ". "Saya tidak bisa terima jika Usman dan Harun direpresentasikan sebagai teroris. Mereka marinir. Mereka bekerja untuk negara," tegasnya
Panglima TNI Siap Hadapi Ancaman Asing
Menyusul skandal penyadapan Australia via kedutaan besarnya di Jakarta terhadap para pejabat tinggi Indonesia yang memicu ketegangan baru-baru ini, Indonesia kembali dirongrong jirannya yang lain, Singapura. Negara paling kecil di kawasan yang menjadi proksi AS (sejenis "Israel" di Timur Tengah) itu melakukan protes seletah salah satu KRI milik TNI Angkatan Laut diberi nama Usman (bin Haji Muhammad Ali) Harun (bin Said) karena dianggap "traeroris" oleh rezim setempat.
Menanggapi pertengkaran bilateral itu, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan dalam pertemuan tertutup dengan DPR Komisi I bidang urusan luar negeri dan pertahanan (Senin, 11/2) bahwa angkatan bersenjata negara akan mengintensifkan kewaspadaan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Australia dan Singapura, yang muncul saat Indonesia sedang mempersiapkan pemilu.
Namun, Panglima TNI yakin bahwa insiden itu tak ada hubungannya dengan pemilu. Meski begitu, ia menyadari bahwa Indonesia kini sedang fokus pada bidang keamanan dalam negeri sebelum pemilihan umum legislatif dan eksekutif. "[Apa yang terjadi baru-baru ini] hanyalah insiden, namun kita akan selalu waspada dalam melindungi perbatasan kita," ujar Moeldoko.
Pihak Komisi I DPR mengungkapkan keheranannya atas begitu banyak insiden yang terjadi secara berturut-turut yang melibatkan negara-negara tetangga menjelang pemilihan umum 2014. Insiden terakhir terjadi pada Sabtu kemarin (8/2), dan kali ini melibatan aparat keamanan Papua New Guinea (PNG).
Lima nelayan Indonesia asal Merauke dilaporkan hilang setelah kapal mereka dihancurkan angkatan laut PNG, dan mereka dipaksa berenang ke pantai. Aparat PNG dilaporkan memeriksa surat-surat mereka dan berlanjut dengan menyita sejumlah uang, rokok, dan dua kaleng bahan bakar. Aparat PNG kemudian membakar perahu nelayan itu dan memerintahkan ke-10 penumpangnya untuk berenang kembali ke Merauke.
Hanya lima nelayan saja yang berhasil mencapai pantai Karu, yang masih merupakan wilayah PNG. Adapun lima nelayan lainnya masih belum ditemukan. Pihak TNI, ujar Moeldoko, sedang menyelidiki insiden itu.
Menurut Komisi I DPR, ketiga insiden itu terjadi susul menyusul. "Ini tidak biasa." Karena itu, DPR mendesak Moeldoko menyelidiki kemungkinan "desain yang disengaja" oleh lembaga asing seraya terus meningkatkan langkah-langkah perlindugan negara dari ancaman asing, sekaligus fokus menjaga pemilu.
Moeldoko sendiri menyeru Singapura untuk berhenti memanggil Usman-Harun sebagai " teroris ". "Saya tidak bisa terima jika Usman dan Harun direpresentasikan sebagai teroris. Mereka marinir. Mereka bekerja untuk negara," tegasnya
0 komentar on Panglima TNI Siap Hadapi Ancaman Asing :
Post a Comment and Don't Spam!