Mufti Kelantan Mohamad Shukri
Sekaitan dengan meningkatnya jumlah rakyat sebangsanya yang "berjihad" (menurut pemahaman dangkal Wahhabi) di Suriah dan Irak, salah satu ulama terkemuka Malaysia menyuarakan keprihatinannya yang jelas: semua Muslim harus menghindari pembunuhan.
"Inilah saatnya umat Islam memikirkan kembali keputusan mereka sebelum berangkat ke Suriah," kata Mufti Kelantan Mohamad Shukri. "Konflik di Suriah terjadi di kalangan umat Islam. Tidaklah adil untuk menyebut gerakan tersebut sebagai jihad."
"Adalah salah bila menggunakan Suriah sebagai pertempuran terakhir. Suriah bukanlah pertempuran terakhir. Sebagai Muslim yang baik, kita harus membantu perempuan dan anak-anak dan tidak menambah penderitaan dengan mendukung perang di wilayah tersebut," tambahnya.
Para pejabat intelijen Malaysia memperkirakan, setidaknya 30 warga Malaysia saat ini ikut berperang dan melancarkan aksi teror di Timur Tengah.
"Sungguh kian memprihatinkan, tidak hanya bagi Malaysia, tapi juga bagi negara-negara lain," kata Wakil Menteri Dalam Negeri Wan Junaidi kepada wartawan bulan lalu. "Kami masih melanjutkan penyelidikan atas jumlah warga Malaysia yang tewas di Suriah, namun juga mengetatkan keamanan di negara kita."
Pihak berwenang Malaysia menangkap "sejumlah militan" sebelum mereka pergi ke Timur Tengah, dan mencatat bahwa banyak dari tersangka itu mendaftar untuk gerakan teroris takfiri melalui media sosial, katanya.
Wan menambahkan, pemuda Malaysia harus waspada terhadap panggilan berjihad melalui media sosial. "Jika Anda melihat ada postingan panggilan berbahaya apapun melalui media sosial (termasuk YouTube), silahkan laporkan pada aparat terdekat Anda," katanya.
Kasus Ahmad Tarmimi Maliki, yang bertolak ke Timur Tengah untuk "berjihad", menjadi berita utama di Malaysia. Ahmad, 26 tahun, yang diduga menjadi anggota Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) tewas pada 26 Mei lalu ketika melakukan pengeboman bunuh diri di Provinsi al-Anbar, Irak, menurut harian The Star.
Menurut seorang buruh pabrik di Pahang yag menjadi teman dekat Tamimi, ia (Tamimi) menjadi ekstrimis setelah berkomunikasi dengan kelompok "jihadis" lewat media sosial.
Seorang pemuda yang konon juga "jihadis", Mohammad Fadhlan Shahidi, 21 tahun, direkrut ulamanya, Mohd. Lotfi Ariffin, yang secara regular memposting video dari Suriah yang menyerukan jihad.
"Kawula muda Malaysia dapat terpikat mengangkat senjata untuk 'berjihad' karena adanya para pemimpin karismatik dan masalah dalam kehidupan mereka sendiri," kata Elina Noor, pakar terorisme di Institut Studi Strategis dan Internasional, Kuala Lumpur.
0 komentar on Mufti Malaysia: "Perang di Suriah Bukan Jihad" :
Post a Comment and Don't Spam!